Senin, 06 Desember 2021

Koneksi Antar Materi - Visi Guru Penggerak

KONEKSI ANTAR MATERI



1. Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD).

“Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggitingginya baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat”.

Dalam proses menuntun, anak perlu diberikan kebebasan dalam belajar serta berpikir, dituntun oleh para pendidik agar anak tidak kehilangan arah serta membahayakan dirinya. Semangat agar anak bisa bebas belajar, berpikir, agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan berdasarkan kesusilaan manusia ini yang akhirnya menjadikan mereka merdeka dalam belajarnya (Semangat Merdeka belajar). Semangat Merdeka Belajar kemudian memunculkan sebuah pedoman, sebuah penunjuk arah yang konsisten. Pedoman tersebut adalah Profil Pelajar Pancasila yang berarti pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan memiliki karakter sesuai nilai-nilai Pancasila.

2. Nilai dan Peran Guru penggerak.

Dalam usaha mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, tentunya perlu peran pendidik untuk menuntun anak serta menumbuhkan berbagai karakter/nilai pelajar pancasila. Peran pendidik yang pertama dalam terkait dengan Profil Pelajar Pancasila adalah mengenali dan menjalankan profil ini terlebih dahulu. Ketika seorang pendidik mencoba menjalankan profil ini, maka akan lebih mudah bagi murid untuk mengikutinya. Keteladanan seorang guru dalam menjalankan ini pastinya akan dilihat dan kemudian dipelajari oleh para murid. Kedua dibutuhkan pendidik yang mumpuni dalam menjadi teladan dan menciptakan perubahan. Untuk mendukung tercapainya karakter ini, setiap guru perlu menanamkan nilai-nilai dan pola pikir sebagai penuntun atau pamong. Nilai-nilai tersebut adalah: Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, serta Berpihak pada Murid. Adapun peran peran dari seorang penggerak : Menjadi Pemimpin Pembelajaran, Menggerakkan Komunitas Praktisi, Menjadi Coach Bagi Guru Lain, Mendorong Kolaborasi Antar Guru, Mewujudkan Kepemimpinan Murid

3. Inkuiri Apresiasi (IA).

Inkuiri Apresiatif (IA) dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan, berusaha fokus pada kekuatan yang dimiliki setiap anggota dan menyatukannya untuk menghasilkan kekuatan tertinggi menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA) dapat dimulai dengan mengidentifikasi hal baik apa yang telah ada di sekolah, mencari cara bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, dan memunculkan strategi untuk mewujudkan perubahan ke arah lebih baik. Nantinya, kelemahan, kekurangan, dan ketiadaan menjadi tidak relevan. Inkuiri Apresiatif (IA) memulai perubahan berdasarkan pertanyaan utama yang ditentukan bersama dan dijalankan dalam suasana positif dengan menerapkan BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi).

4. Visi Murid Merdeka.

Visi merupakan impian/harapan cita-cita yang ingin dicapai oleh warga sekolah. Visi sekolah dijadikan sebagai cita-cita bersama warga sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan pada masa yang akan datang, mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan. Visi saya sebagai pendidik yaitu “Terwujudnya Insan yang berilmu berbudi berkarakter pelajar pancasila”. Disini dibutuhkan peran dan fungsi pemangku kepentingan untuk mewujudkan visi, maka pendidik dan sekolah dapat memetakan pihak pihak yang terkait untuk ikut mewujudkan visi. Dengan memetakan kekuatan pemangku kepentingan sesuai peran dan tanggungjawabnya. Perubahan yang diperlukan sekolah demi mewujudkan visi murid merdeka dengan lebih efektif anatara lain :

  1. Menghayati hubungan spiritual dengan Sang Pencipta dan diwujudkan dengan sikap moral keseharian untuk menghormati sesama makhluk hidup dan alam sekitar, bentuk kegiatan :
    • Guru dan peserta didik berdoa bersama sesuai keyakinan masing-masing, sebelum dan sesudah hari pembelajaran, dipimpin oleh seorang peserta didik secara bergantian di bawah bimbingan guru.
    • Membiasakan untuk menunaikan ibadah bersama sesuai agama dan kepercayaannya baik dilakukan di sekolah maupun bersama masyarakat.
    • Membiasakan perayaan Hari Besar Keagamaan dengan kegiatan yang sederhana dan hikmat.
  2. Interaksi Positif antar warga sekolah, bentuk kegiatan :
    • Gerakan kepedulian kepada sesama warga sekolah dengan menjenguk warga sekolah yang sedang mengalami musibah, seperti sakit, kematian, dan lainnya.
    • Gerakan kakak kelas asuh, di mana seorang kakak kelas membimbing seorang adik kelas yang baru masuk ke sekolah.
    • Memberi salam, senyum dan sapaan kepada setiap orang di komunitas sekolah.
    • Guru dan tenaga kependidikan datang lebih awal untuk menyambut kedatangan peserta didik sesuai dengan tata nilai yang berlaku.
    • Membiasakan peserta didik untuk berpamitan dengan orang tua/ wali/penghuni rumah saat pergi dan lapor saat pulang, sesuai kebiasaan/ adat yang dibangun masing-masing keluarga.
    • Secara bersama peserta didik mengucapkan salam hormat kepada guru sebelum pembelajaran dimulai, dipimpin oleh seorang peserta didik secara bergantian.
  3. Pemeliharaan Lingkungan Sekolah, bentuk kegiatan :
    • Membiasakan penggunaan sumber daya sekolah (air, listrik, telepon, dsb) secara efisien melalui berbagai kampanye kreatif dari dan oleh siswa.
    • Membangun budaya peserta didik untuk selalu menjaga kebersihan di bangkunya masing-masing sebagai bentuk tanggung jawab individu maupun kebersihan kelas dan lingkungan sekolah sebagai bentuk tanggung jawab bersama.
    • Peserta didik melaksanakan piket kebersihan secara beregu dan bergantian regu.
    • Menjaga dan merawat tanaman di lingkungan sekolah, bergilir antar kelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PROPOSAL STUDY TOUR

PROPOSAL STUDY TOUR